Mengulang sukses pagelaran seni tari,
teater, dan musik tahun lalu, maka digelar kembali hasil olah mahasiswa
jurusan Sendratasik FKIP Unlam Banjarmasin tahun 2013 yang cukup
menarik perhatian pecinta seni di Kota Banjarmasin. Pagelaran ini
adalah ujian akhir semester bagi mahasiswa semester tujuh untuk mata
kuliah Manajemen Seni Pertunjukan dengan menggelar tiga suguhan seni,
yakni musik, tari dan teater sebagai aplikasi kajian kuliah di kampus.
Acara ini digelar pada Jumat, 18 Januari 2013 dengan 2 kali
pertunjukkan yaitu pukul 16.00 wita dan pukul 20.00 wita bertempat di
Gedung Balairung Sari Taman Budaya Kalsel.
Malam ini kusempatkan berapresiasi
dengan ratusan mahasiswa dan pecinta seni dalam ruang yang penuh sesak
untuk menikmati pagelaran sendratasik yang mengambil konsep utama
teater berjudul ‘Pewaris Tahta Kerajaan’ dengan latar kesultanan
banjar. Walaupun menggunakan setting seni mamanda, akan tetapi alur
cerita tetap konsisten pada konsep teater. Setelah ditayangkan upaya
para mahasiswa dalam membangun pagelaran sendratasik ini, baik dari
perencanaan di bangku kuliah hingga penyusunan dekor panggung melalui
LCD - acara pun dimulai dengan musik pembuka oleh Borneo Street
Orchestra yang memainkan berbagai nuansa musik daerah Banjar, irama
panting, ukulele, biola serta orkestra musik eletrik.
Alkisah di mulai dari pesanggrahan
kerajaan yang tidak memiliki anak lelaki sebagai pewaris tahta sehingga
dilaksanakan sayembara pencarian pewaris raja dengan karakteristik
seni. Tari ‘Tapung Tawar’ sebagai persembahan dari putri yang melihat
kegalauan raja memikirkan pewaris tahta kerajaan pun digelar cantik.
Selanjutnya, disampaikan pengumuman kepada khalayak tentang keinginan
sang raja oleh punggawa kerajaan. Sangat terasa kehadiran prajurit 1
dan prajurit 2 yang kocak dan selalu berinteraksi memancing tawa
penonton - sehingga teater ini menjadi dekat dan hidup oleh parigal
kekinian seperti gerak atau ucapan yang dibawakannya dalam alur cerita.
Sesekali dialog berimprovisasi dengan ulah penonton atau crew panitia
serta pengiring musik yang membuat penonton tertawa dan bersorak.
Aksi calon pewaris tahta kerajaan di
mulai dengan berbagai bakat dan kepiawaiannya untuk menarik hati putri
‘Humbayang Bulan’ yang sedang mencari lelaki pilihan. Penonton
dipersembahkan secara bergilir aksi seorang rocker yang pernah meraih
predikat gitaris terbaik, kemudian seorang pemuda kampung yang
bersenandung pantun melalui gendang madihin, serta seorang yang mengaku
dari malaka namun membawakan senandung irama sunda melalui violinis
yang merayu kesenduan putri raja. Hingga seorang biduan ‘icha’ yang
modis berbaju merah menyala membawakan lagu daerah banjar ‘ala-ahai’
dengan iringan bigband yang harmonis antara dentingan musik electrik
dengan denting gitar panting.
Seorang perantau bernama ’si bolang”
akhirnya datang dengan membawa rombongan penari japin untuk menunjukkan
apreriasi seni tari bagi sang putri raja. Maka, penonton pun dihibur
oleh lincah dan rancak gerak japin sehingga seluruh punggawa kerajaan
ikut menari dan merasakan hentak irama yang menggetarkan panggung. Dan,
sang putri raja ‘Humbayang Bulan’ pun akhirnya terpesona dan memilih
si bolang sebagai sang kekasih yang akan mendampingi hidupnya. Prosesi
pemilihan pewaris tahta kerajaan ini menjadi seru dan kocak oleh
parigal prajurit 1 dan prajurit 2 yang mengolah acara layaknya sebuah
audisi keberuntungan.
Tampaknya, seni musik mendominasi
pergelaran sendratasik berkarya 2 tahun 2013 ini yang boleh dikatakan
cukup sukses dengan jumlah penonton yang melimpah dalam 2 kali
pertunjukan serta apresiasi pecinta seni yang serius dalam mengikuti
setiap alur cerita hingga detik terakhir. Selebrasi pun ditutup dengan
goyang panggung ala ‘gangnam style’ oleh semua pendukung pagelaran dari
panitia hingga pengisi acara. Memang, perlu dikritisi agar acara ini
bukan sekedar milik mahasiswa jurusan sendratasik semata namun
selayaknya dengan melakukan sedikit perbaikan dan revisi terhadap
konteks cerita yang lebih konstruks terhadap nilai-nilai artistik
sebuah teater sehingga menghapus image tumpang tindih dengan seni
lainnya, musik dan tari. Konsep kolosalnya sudah bagus, namun perumusan
dalam bentuk teater masih kedodoran sehingga harus ada sentuhan pakar
agar mampu membangun koreografer yang lebih mengalir dan memiliki pesan
pada setiap babak cerita. Hup! Sesuatu yang menjadi alasan klasik
adalah soundsystem yang kurang mendukung, akibatnya perpaduan denting
musik elektrik dan akustik tidak seimbang serta dialog interaktif
antara pendukung teater juga hanya dinikmati oleh penonton di depan
panggung. Semua penonton puas dengan tawa dan sorak sorai kegembiraan
hingga tirai panggung tertutup.
Judul yang sama terukir pada posting blog ‘Parigal Samsuni’ http://www.handilbakti.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar