Kamis, 09 Mei 2013

"Selebrasi Sendratasik Berkarya FKIP Unlam Banjarmasin"

Mengulang sukses pagelaran seni tari, teater, dan musik tahun lalu, maka digelar kembali hasil olah mahasiswa jurusan Sendratasik FKIP Unlam Banjarmasin tahun 2013 yang cukup menarik perhatian pecinta seni di Kota Banjarmasin. Pagelaran ini adalah ujian akhir semester bagi mahasiswa semester tujuh untuk mata kuliah Manajemen Seni Pertunjukan dengan menggelar tiga suguhan seni, yakni musik, tari dan teater sebagai aplikasi kajian kuliah di kampus. Acara ini digelar pada Jumat, 18 Januari 2013 dengan 2 kali pertunjukkan yaitu pukul 16.00 wita dan pukul 20.00 wita bertempat di Gedung Balairung Sari Taman Budaya Kalsel.
Malam ini kusempatkan berapresiasi dengan ratusan mahasiswa dan pecinta seni dalam ruang yang penuh sesak untuk menikmati pagelaran sendratasik yang mengambil konsep utama teater berjudul ‘Pewaris Tahta Kerajaan’ dengan latar kesultanan banjar. Walaupun menggunakan setting seni mamanda, akan tetapi  alur cerita tetap konsisten pada konsep teater. Setelah ditayangkan upaya para mahasiswa dalam membangun pagelaran sendratasik ini, baik dari perencanaan di bangku kuliah hingga penyusunan dekor panggung melalui LCD - acara pun dimulai dengan musik pembuka oleh Borneo Street Orchestra yang memainkan berbagai nuansa musik daerah Banjar, irama panting, ukulele, biola serta orkestra musik eletrik.
Alkisah di mulai dari pesanggrahan kerajaan yang tidak memiliki anak lelaki sebagai pewaris tahta sehingga dilaksanakan sayembara pencarian pewaris raja dengan karakteristik seni. Tari ‘Tapung Tawar’ sebagai persembahan dari putri yang melihat kegalauan raja memikirkan pewaris tahta kerajaan pun digelar cantik. Selanjutnya, disampaikan pengumuman kepada khalayak tentang keinginan sang raja oleh punggawa kerajaan. Sangat terasa kehadiran prajurit 1 dan prajurit 2 yang kocak dan selalu berinteraksi memancing tawa penonton - sehingga teater ini menjadi dekat dan hidup oleh parigal kekinian seperti gerak atau ucapan yang dibawakannya dalam alur cerita. Sesekali dialog berimprovisasi dengan ulah penonton atau crew panitia serta pengiring musik yang membuat penonton tertawa dan bersorak.
Aksi calon pewaris tahta kerajaan di mulai dengan berbagai bakat dan kepiawaiannya untuk menarik hati putri ‘Humbayang Bulan’ yang sedang mencari lelaki pilihan. Penonton dipersembahkan secara bergilir aksi seorang rocker yang pernah meraih predikat gitaris terbaik, kemudian seorang pemuda kampung yang bersenandung pantun melalui gendang madihin, serta seorang yang mengaku dari malaka namun membawakan senandung irama sunda melalui violinis yang merayu kesenduan putri raja. Hingga seorang biduan ‘icha’ yang modis berbaju merah menyala membawakan lagu daerah banjar ‘ala-ahai’ dengan iringan bigband yang harmonis antara dentingan musik electrik dengan denting gitar panting.
Seorang perantau bernama ’si bolang” akhirnya datang dengan membawa rombongan penari japin untuk menunjukkan apreriasi seni tari bagi sang putri raja. Maka, penonton pun dihibur oleh lincah dan rancak gerak japin sehingga seluruh punggawa kerajaan ikut menari dan merasakan hentak irama yang menggetarkan panggung. Dan, sang putri raja ‘Humbayang Bulan’ pun akhirnya terpesona dan memilih si bolang sebagai sang kekasih yang akan mendampingi hidupnya. Prosesi pemilihan pewaris tahta kerajaan ini menjadi seru dan kocak oleh parigal prajurit 1 dan prajurit 2 yang mengolah acara layaknya sebuah audisi keberuntungan.
Tampaknya, seni musik mendominasi pergelaran sendratasik berkarya 2 tahun 2013 ini yang boleh dikatakan cukup sukses dengan jumlah penonton yang melimpah dalam 2 kali pertunjukan serta apresiasi pecinta seni yang serius dalam mengikuti setiap alur cerita hingga detik terakhir. Selebrasi pun ditutup dengan goyang panggung ala ‘gangnam style’ oleh semua pendukung pagelaran dari panitia hingga pengisi acara. Memang, perlu dikritisi agar acara ini bukan sekedar milik mahasiswa jurusan sendratasik semata namun selayaknya dengan melakukan sedikit perbaikan dan revisi terhadap konteks cerita yang lebih konstruks terhadap nilai-nilai artistik sebuah teater sehingga menghapus image tumpang tindih dengan seni lainnya, musik dan tari. Konsep kolosalnya sudah bagus, namun perumusan dalam bentuk teater masih kedodoran sehingga harus ada sentuhan pakar agar mampu membangun koreografer yang lebih mengalir dan memiliki pesan pada setiap babak cerita. Hup! Sesuatu yang menjadi alasan klasik adalah soundsystem yang kurang mendukung, akibatnya perpaduan denting musik elektrik dan akustik tidak seimbang serta dialog interaktif antara pendukung teater juga hanya dinikmati oleh penonton di depan panggung. Semua penonton puas dengan tawa dan sorak sorai kegembiraan hingga tirai panggung tertutup.
Judul yang sama terukir pada posting blog ‘Parigal Samsuni’ http://www.handilbakti.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar